Dengan menyebut nama Allah, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang..
Lagi-lagi selalu terasa mixed feeling. Tempat di mana aku selalu merasakan perasaan campur aduk tak karuan. Ada rasa rindu ada pula sendu, pun saat tadi aku ke sana, dan melewati gerbang "Selamat Jalan Demak Kota wali" ada perasaan yang hampir rasanya mual. Sore tadi kenangan kehilangan Papa Rahimahullah berkelebat hebat.
Nak, kuceritakan padamu. Ini adalah tempat dengan berjuta kenangan. Di sinilah aku (ibumu) tumbuh dari kecil. Banyak kenangan di tempat ini, meski harus tersapu air rob dan hilang jejaknya.
Di sinilah aku menemukan banyak kisah dan di sepanjang jalan ini menjadi saksi biksu proses perjalan ibumu ini. Manis pedih melebur jadi satu.
Nak, bersyukurlah jika di waktu ini kalian diberi kesempatan Allah kenyamanan atas segala hal, doakan kakung rahimalullah yang lebih mendahului kita. Doakan semoga Allah menjaga beliau dari siksa neraka dan senantiasa diberi cahaya kebaikan sampai ditiupnya sangkakala, doakan semoga kita semua bisa bersama-sama reuni di surga.
Nak, tempat ini terasa manis dengan segala kenangannya. Teman-teman baik yang biidznillah Allah kirim sebagai tangga proses hidup ibumu, meski saat ini hanya tinggal segelintir dua gelintir yang masih berhubungan baik. Namun percayalah nak, tanpa mereka, mungkin engkau tak mendapati ibumi seperti saat ini. Karena dari mereka juga, ibumu banyak belajar nak.
Nak, jadilah anak yang berhikmah. Yang mampu menempatkan diri di mana saja, jadilah orang yang mewarnai pergaulan.
Nak, kamu harus tau di tempat ini dahulu sangat indah, aku masih ingat jelas saat ibumu ini masih berusia seusiamu (Ghaaziy 7 tahun), setiap minggu pagi jalan pagi sampai ke arah sana (tahap 3). Konon katanya bisa sampai ke pantai, tapi jujur belum sampai sana aku melihat pemandangan yang super indah. Tambah yang masih berwarna jernih bahkan kebiruan cantik.
Belum sampai selesai disitu, kau bisa melihat matahari terbit dan terbenam dengan warna yang luar biasa cantiknya. Yap, di sini kau bisa melihatnya.
Dulu di sini ada banyak cerita, sekolahku di ujung sana, toko kelontong di pojok sana, masjid hijau di depan sana. Dan setiap sudutnya ada kenangan. Namun sayangnya semua sudah keruh dan habis disapu air rob, hanya tinggal kenangan dalam otak kepala.
Nak, di sini pula traumaku menancap dalam. Engkau pasti tau, aku takut air. Ibumu ini takut berenang. Saat itu aku ingat jelas, pukul 10 malam, ada suara *jdog jdog jdog di pintu belakang, lalu kemudian ada banyak teriakan dan bunyi kentongan. Kakung rahimahullah penasaran dan langsung membuka pintu belakang, air besar langsung masuk cepat langsung masuk ke dalam rumah, dan makin tinggi.
Aku ingat jelas, rasa takut yang menyergap meski saat itu kakung rahimahullah langsung menggondongku dan kita mengungsi di masjid. Trauma akan air bahkan sampai sekarang.
Tak hanya itu, tempat ini juga menjadi saksi di mana hari itu menjadi hari paling gelap dihidupku. Sore itu, kakung rahimahullah yang sekitar 2-3 hari lalu sakit, kemudian tiba-tiba ambruk saat hendak dzikir petang di depan rumah. Dan kakung rahimahullah menghembuskan nafas terakhirnya tepat sebelum adzan maghrib, aku masih ingat warna jingga saat itu, dan saat itu juga rasanya aku menjadi membenci senja.
Nak, ada banyak kisah di sini banyak kisah, ini membutku selalu merasakan perasaan nano-nano jika ke sini. Dan barusan perasaan itu hadir lagi, perasaan nano-nano yang membuat hati dan pikiranku kalut.
Nak, hari ini hari tasyrik, perbanyak doa perbanyak doa, semoga Allah senantiasa menjaga keluarga. Allah menjaga alam kubur kakung Joko Rahimahullah, Allah menjaga uti Ralis, senantiasa diberi sehat dan umur berkah. Tentu saja tak lupa doakan Opay (Naufal) semoga Allah menjaganya juga, memberi hidayah kepadanya. Dan tentu saja doakan Ibumu ini supaya sehat dan diberi waktu dan rezeki berkah untuk bisa selalu menemani kalian.


Posting Komentar
Posting Komentar